Saturday, December 29, 2012

Perhaps, It's The End

Selamat pagi.
Senang rasanya bisa menyapa kembali. Kamu. Kalian. Yah, atau siapapun yang telah berkunjung. Terima kasih.

Di usia baru; bertambah satu nilai, lebih satu minggu--tolong jangan paksa aku menghitung usiaku dalam hari, apa kabar, kamu? Semoga baik dan Tuhan selalu menaungimu. Sepertinya hari ini akan terik, semoga suasana hatimu tak berbalik mendung, melainkan cerah seperti ramalanku hari ini.

Masih pagi, tak enak bila berbicara masalah hati. Tunggu.... masalah perasaan, tepatnya.
Ah, iya, satu yang membawaku kembali pada halaman ini: hampir berakhirnya Desember. Desember berakhir, berarti tahun ini mengikuti, bukan?

Desember.
Boleh aku bertanya apa arti Desember bagimu?
Dulu aku menantikannya; waited it like crazy, completely. Tahun ini berbeda. Euforia dari awal juga berbeda. Aku sangat ingat aku terjaga di pergantian bulan, November ke Desember, biasa saja. Maaf, aku lupa, tidak biasa, ternyata. Biasa menghabiskan waktu transisi dengan tidur, bukannya belajar atau berbincang dengan yang lain. Dan ini sungguh berbeda, orang yang berbeda.
Dan mungkin jika aku membuat meski hanya selembar kaleidoskop tahun ini, bulan ini lah yang memakan banyak waktuku; hanya rebah, melayangkan pikiran, (mencoba) belajar sabar dibarengi menguatkan hati, sampai menguras mata air mataku. Ah, sudahlah.

Aku lahir di bulan yang sama dengan ditulisnya sampah ini. Ya, Desember.
Di usia ini aku lebih banyak berpikir; lahir di Hari Ibu, yang dengan resmi menjadikannya milik ibuku juga, akankah pula resmi menjadikan hidup beliau lebih -istilahnya- berwarna, bermanfaat.
Ah, akankah lelah ibuku bisa pula diletakkan--atau paling tidak disandarkan--di bahu anak-di-bawah-umur-nya ini?
Apa iya, putri sulungnya bisa menjadi ladang amalnya-pahalanya, menawar sakitnya, tak luput sebagai pelipur laranya?

Cukup.

Desember nyaris berakhir, dalam puluhan jam. Satuan hitungnya... jam. Tak lama lagi.
Kesan buruk membungkus kencang bulan ini. Bukankah kita seharusnya bersyukur? Apapun, maksudku, apapun keadaannya. Bagaimana pun rasanya. Di samping kegelisahan dan ketidaknyamanan hati, Tuhan Maha Adil. Dia menyiapkan tangan-Nya untuk menolong.
Terima kasih. Terima kasih untukmu, yang tak bisa aku sebut; karena kata tak cukup memenuhi, tak cukup memuaskan arti.

Thursday, December 13, 2012

Ada yang Tenggelam


Ada yang mengapung di dalam matamu sesuatu seperti luka. tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatku sadar bahwa rindu kita telah tercemar. 
Mungkin kau menyimpan semuanya rapat-rapat hanya untuk menunggu waktu yang benar mengirimiku kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'. 
Ada yang mengambang di sudut bibirmu sesuatu seperti luka. tapi gelombangnya terlalu tenang untuk membangunkanku dan dingin napasmu ternyata enggan menyelamatkan sepi yang kau tanam di seluruh mimpi. 
Mungkin waktu terlalu naif dan jarak selalu lupa merekam rasa sesak yang kita nikmati berdua.
Ada yang tenggelam di dasar kenangan; sesuatu seperti kau.

Thursday, December 6, 2012

#9

Smart girls are incredible; they know exactly how to behave or what to say in every situation. They don’t say things they don’t mean, everything they say comes from their heart and it’s honest. A good girl knows how to love, but a smart girl knows who to love. She knows who to spend her time with and it’s only people who appreciate her and love her as much as she appreciates and loves them. A smart girl is always happy, yeah, even in sad moments she knows how to find happiness. That is power. A smart girl doesn’t wait for someone else to make her happy, cause she knows that THAT is the best way to be sad. And even if a smart girl has a broken heart, she fixes it. Why? Cause she knows her worth. She knows herself and she’s very thoughtful. That’s why she thinks about every single thing. To me, that’s a beautiful thing, because it shows that she’s using her brain. A smart girl teaches you things without knowing by just sharing her thoughts. That is amazing. If you’ve found a smart girl, don’t ever let her go. Because you will regret it and realize that there’s no better quality than smart. If you leave a smart girl, she will leave you a smart lesson.

Sunday, December 2, 2012

12/02/2012

Ah, hujan yang mengganggu. Fokusku lebur bersama besi yang berkarat, atau malah lebur bersama karat besi. Entahlah.

Oh iya, malam ini aku tenggelam dalam sejarah. Sejarah cinta kita, ups, bukan, melainkan sejarah negeri tempat aku--dan mungkin kau tinggal. Kelam, sejauh rasa ingin tahu ini mencari. Konflik di sana, konflik di sini; genosida tak luput dari cerita lampau saat usiaku masih sekitar 1,5 tahun.
Miris, bukan?

Bachruddin Jusuf Habibie, namanya. Salah satu tokoh penting yang sering disebut-sebut pamongku. Si jenius yang sempat memimpin negeri ini di sekitaran tahun 'penuh konflik' tersebut. Stigma negatif sebagian masyarakat telah melekat padanya. Sungguh. Namun bukan bijak namanya jika hanya melihat dan membahas sisi gelapnya terus menerus.
Beberapa waktu yang lalu, Ibu Ainun, istrinya, meninggal dunia. Kecintaan Habibie pada Ainun ini dibuktikan dengan membuat puisi selepas kepergiannya.

Berikut puisi Habibie untuk Ainun:

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu. 
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
hatiku seperti tak di tempatnya,
dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi. 
Kau tahu, sayang,
rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir,
pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak mengeluh,
tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini. 
Mereka mengira akulah kekasih yang baik bagimu, sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,
kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini. 
Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat jalan, sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan,
calon bidadari surgaku ….

Gandul, 09 Januari 2012