Thursday, January 28, 2016

Saturday, January 23, 2016

Wednesday, January 13, 2016

1/13

Hari-hari masih sama
dengan prognosis yang sama pula.
Sudahlah,
waktunya menyerah
karena segala usahamu takkan berbuah.

Dan satu,
cukuplah kau simpan untuk dirimu
dan hanya kau yang tahu,
sebab mereka mungkin takkan mengerti keinginanmu.

Mungkin ini
yang disebut pendewasaan, seharusnya begini.

Thursday, January 7, 2016

Bagaimanapun, harapku masih ada kau di ambang pintu,
yang kau katakan kan selalu.
Apa dayaku?
Sakit itu, aku tahu.
Lebih baik, jauh lebih baik menjagamu daripada menyakitimu,
bukan begitu?
Pergilah jauh, jauh,
karena jika memang tertulis untuk bersatu
tentulah kan jadi satu.

Hari Ketujuh

Rindu ini, untuk siapa?

Rindu yang kini mampu digaruk menggunakan lidi, yang bersamaan mengendap denganku dua pekan ini.

Tulisan ini memakan banyak waktu, sekitar beberapa menit berlalu, karena aku hanya terpaku memandang monitorku, dan mencoba mengingat apa yang sempat hinggap menyapu kantuk, namun kini idepun tak ada meski satu.

Haha. Rima yang memaksa.

Tak apa.

Hujan tak datang sejak dua hari yang lalu.
Ya, mungkin itu yang mengendapkan rindu. Hingga iya bertahan di situ.
Atau mungkin, sebenarnya harus begitu? Agar aku kenal waktu, menghitung satu-demi satu garis yang dilewati jarum penunjuk waktu analogku?
Karena jika ia datang, hujan, jika ia datang, aku tak akan lagi senang. Rindu ini tak lagi membatu dan, apa? Menggenang.
Lalu membuat ruhku melayang.
Hi.

Tak apa.
Meski begitu, hujan tetap kutunggu.

Apapun alasannya, bukannya bertahan dan berpikir positif tetap menjadi nomor satu?
Laiknya hidup.
Karena kita tahu lebih sedikit, dibanding apa yang tidak kita mengerti.