“It's beauty that captures your attention; personality which captures your heart.”
Wednesday, December 16, 2015
HBD TELADAN!
Sunday, December 6, 2015
Kamu, Selanjutnya
Saya rindu menceritakan dua sejoli yang saya kenal.
Friday, November 6, 2015
Kamu yang Berlanjut
Si gadis dan lelakinya, maaf, teman lelakinya membuatku sulit tidur, ditambah suasana--habis--hujan yang masih syahdu.
Si gadis gemar bernyanyi, yah, meski suaranya pas-pasan setidaknya ia punya keberanian untuk mengunggahnya ke awan. Kegemaran mereka lagi-lagi sama, bernyanyi. Namun bagaimanapun, tak ada hal yang sempurna, mereka tetap berbeda, sang lelaki tak seperti si gadis yang tuli nada.
Suaranya merdu, begitu syahdu.
Karena memang itu hobinya dan ia tak ingin menyia-nyiakan bakatnya, ia bernyanyi. Lelaki itu bernyanyi.
Suara emasnya menguap, ke tubuh gadis ini dan mendekap. Gadis itu terdiam, untuk beberapa lama. Mereka hening, tanpa cakap.
Keheningan berlanjut, karena si lelaki menghentikan senandungnya.
Beberapa saat, ia bernyanyi lagi. Lagi. Nada romantis, untuk kesekian kalinya, bersama si gadis.
Dan lagi-lagi, dengan suara itu, yang entah mengapa dan lewat mana, masuk ke hati.
Lagi dan lagi, si gadis tak merespon.
"Bales kali, kalau dinyanyiin. Masa dari tadi aku terus yang nyanyiin, gantiaaan!"
tolong, jangan berhenti, jangan rusak suasana tadi, yang kunanti.
Lagi-lagi, hening menghampiri.
Teruntuk Kamu
Nb: teruntuk hujan,
turunlah, aku butuh kesenduan,
mengingatkanku akan hujan pertama yang turun.
Saat itu. Di tempat itu. Bersama orang itu.
Saturday, September 12, 2015
(?)
Jarak itu tega,
Memberi ketakpastian memaksa duga,
Membuatku terus terjaga.
Jarak itu kejam,
Lagi, tanpa kepastian hingga berjam-jam,
Hingga mata terpejam.
Friday, August 28, 2015
Separation
Telah sampai kami pada hari, yang kami tunggu.
Kami tunggu, kami hitung mundur, berulang, dan berkali-kali.
Sungguh begitu cepat duhai kau, sang waktu;
meninggalkan raut khawatir di parasnya, mimik cemas penuh tanya, dan gundah di hatinya serta yang menaruh cinta padanya.
Tiba waktu kami berpisah, lagi, untuk waktu yang cukup lama. Lagi.
Entah kami akan dipertemukan lagi atau tidak, sungguh Wahai Tuhan, kumpulkanlah kami kembali. Pertemukan. Lagi.
Surga memang tujuan kami, namun sebelum itu Ya Tuhan kami, biarkan berkumpul diri kami, yang satu sama lain saling mencintai, di bumi yang Kau miliki.
Satu lagi, Tuhan.
Jagalah diri mereka dalam perjalanan.
Jagalah diri kami yang menunggu penuh harap di persimpangan.
Untuk kami, kembali dipersatukan.
Aamiin.
Tuesday, August 25, 2015
08-25
Katanya, hati seseorang bisa dilihat di pantul matanya.
Katanya.
Lalu, apa yang terbaca dari mataku kini?
Mata dengan warnanya yang merah; dengan pantul lampu di permukaannya, satu, dua, tiga, entah, Banyak pantulan cahaya nampak bak genangan air di aspal-aspal berlubang kala hujan.
Lalu, masih sulitkah dibaca duhai, mataku kini?
Atau memang engkau yang enggan memahami?
Bukan hanya kau, yang tak paham, bahkan pun aku tak mengerti.
Amarah, kah?
Tangis, kah?
Sedih? Duka, kah?
Duhai engkau yang kuberi ruang di hati,
gadis kecil di hadapanmu ini tak sanggup menunggu mati,
matanya kini, hatinya kini, ingin kau pahami, ingin kau mengerti.
Saturday, June 6, 2015
Thursday, June 4, 2015
Sooooo random.
Salah satu yang saya suka dari hubungan dekat kakak-adik angkatan adalah bagaimana sang kakak berhasil mengarahkan serta tak luput menyayangi yang muda, sedang si adik menghormatinya dan menaruh kepercayaan yang besar terhadapnya. Begitu pula kepercayaan sang kakak dia bangun pada adik.
Entah keseluruhan bagian tersebut yang membuat saya tertarik, atau hanya saling percaya yang saya suka.
Entahlah.
Tuesday, May 5, 2015
Rindu (Kres-sekian)
Wednesday, April 29, 2015
(Insert Heart emoji here)
Aku membaca tulisanmu.
Syukurlah, kabar baik--menurutku, ada padamu.
Semoga kau membaca tulisan ini.
Beberapa waktu lalu, kau mengirimkan pesan padaku.
Beberapa waktu yang lalu........ berbulan yang lalu. Runtuh dindingku, saat itu.
Maafkan atas pesan yang tak ada balasan.
Maaf pula, aku membutuhkan waktu yang panjang untuk menghela.
Saat itu tak ada waktu bagiku kecuali mendalami ilmu yang berbuku-buku, ya intinya, ujian sedang menyerbu.
Beberapa hari kemudian, jawaban yang mungkin kau tunggu telah kupersiapkan. Lalu apa esensinya jika baru beberapa bulan terjawab? Yah.... inilah yang membuatku bimbang akan memencet tombol 'kirim', atau tidak.
Lalu?
Sudahlah, biarlah berlalu.
Yang perlu kau tahu, bukan hanya kau yang coba bertahan.
Monday, February 16, 2015
Monday, February 9, 2015
Surat Cinta 'tuk Kawan.
Tadinya kurasa kau berlebihan, bukan hanya kau, kalian.
Kalian terlalu mencintai satu sama lain. Kelihatannya. Dan kurasa memang begitu, dari caranya menanyakan kabar, menceritakan hari-nya, dan memberitahukan keadaan-nya. Begitu pula kau.
Semoga kau (bersamanya) bahagia, doaku.
Kau memang bahagia.
Setidaknya, saat itu.
Lalu sesuatu terasa aneh.
Spekulasi wanita, hanya intuisiku yang minta dibaca. Sepertinya ada yang salah. Yah, otak dan perasaanku berdebat untuk hal yang tak perlu, bahkan itu bukan urusanku.
Biarkan.
Kau datang padaku.
Malam itu.
Atau pagi?
Entah, aku lupa. Yang kuingat kau datang dan bertanya.
Pertanyaan yang jarang dilontarkan, diikuti perasaan kau utarakan. Dan kau bawakan bukti yang kucurigai sebelumnya, bahkan.
Dan kalian berpisah.
Katamu itu tak masuk akal, alasan yang dipaksakan.
Selamat.
Kini kau temukan alasan, yang sebenarnya terjadi antara kau, dia, dan..... sayangnya, dia.
Jangan sedih, mungkin mereka rasakan yang lebih pedih.
Jika kau rasa sakit, mungkin mereka rasakan jauh lebih pahit.
Aku katakan sesuatu, sebelumnya. Untukmu.
Meski aku bercanda, namun keseriusan tetap ada. Apa yang kutulis sebelumnya di tempat yang berbeda, di situ-lah tempatmu berada.
Kau tahu maksudku?
Aku ungkapkan yang sebenarnya tentangmu, aku panjatkan harap-harapku, untukmu.
Temanku.
Meski belum lama Tuhan Mempertemukan, hadirmu selalu kuperhitungkan.
Karena ini belum seberapa dari apa yang telah Tuhan Persiapkan, jangan biarkan kepalamu tertunduk, dan biarkan awan tebal bersemayam dalam kalbumu.
Berjalanlah, lihat ujung terowongan yang cerah!
Wednesday, January 28, 2015
Eksistensi.
Lagi-lagi terusik, masalah eksistensi.
Memang aku siapa?
Iya, aku siapa?
Aku....
Hanya kawan yang pernah merawat lukamu, aku yang hampir tiap harinya mendengar celotehanmu, menampung airmata dan dukamu.
Hanya kawan yang berlari mencari, saat mendengar malangmu.
Hanya kawan di saat sepimu.
Hanya kawan yang bila benar kau sendiri, menemanimu.
Lalu sekarang, saat segala dalam genggaman, kau menganggap aku hanya bangku besi, diam dan bungkam. Diam menunggu karat.
Meski aku ada, kau pikir buat apa aku, bukan? Karena di sisi, telah ada yang kau inginkan.
Yah. Masalah eksistensi. Ku.
Friday, January 16, 2015
Biasa.
Semua memang masalah keterbiasaan.
Sapaan pagi yang membuatku terbiasa.
Tanya konyol, canda, apapun yang kau hadirkan di sisi, hingga hangat terasa.
Mudah bagiku tuk terbiasa akan hadirmu, namun sanggupkah, kau buat kuterbiasa pula dengan ketidakhadiranmu, tanpa hadirkan rasa siksa?
Thursday, January 15, 2015
Yeah.
Perhatianku teralihkan, pada satu makhluk ciptaan Tuhan; kami yang berbeda, satu sama lain.
Ini pertama kalinya dalam beberapa tahun, kala sepi masih enggan pergi dari ruang yang seharusnya tertempati, bukan oleh sepi, ia membuatku tertegun; termangun; dan entah kata apa apalagi yang berarti sama dan berakhiran -un yang lain, yang dapat ditambahkan.
Pertama kali.
Kau yang tak pernah bercakap panjang, kau yang kalimatnya tak pernah kudengar, kau yang tak pernah kusapa dalam perjalanan pulang, dan kau.... yang matanya tak pernah kupandang, berpendar.