Ada yang diam-diam mendoakanmu, dalam-dalam.
Percayalah.
Ada yang dadanya terasa berat dan kau tak
pernah tahu, saat kau tak tertangkap
matanya beberapa waktu.
Ada yang mengembangkan sesimpul
lengkung di bibirnya, di balik punggungmu,
malu-malu.
Ada mata yang berbinar sempurna dalam
tunduk sipu, tiap kau sebut sebuah nama,
miliknya.
Ada yang mengharap pertemuan kedua,
setelah matamu mendarat di matanya, tanpa
aba-aba.
Ada yang tak pernah berhenti mencatat.
Sebab, setiap kalimatmu adalah peta. Ia tak
mau tersesat.
Ada yang tak pernah melepas telinganya dari
pintu. Menunggu sebuah ketukan darimu.
Ada yang memilih terduduk saat jarakmu
berdiri dengannya hanya beberapa kepal.
Lututnya melemas, tiba-tiba.
Ada yang pernah merasa begitu utuh, setelah
kaki-kaki menjejak jauh darinya. Sekarang,
runtuh.
Ada yang diam-diam ingin disapa olehmu.
Percayalah.
No comments:
Post a Comment