aku melihat bibirmu itu sekarang, menjadi kering,
menjadi kasar berbatu seperti karang, seperti
berontak dari cangkang, dari rumahmu yang
berlipat sajadah, berlantai pasir, kau bukan
lagi kulihat sebagai musafir, kau buronan,
tahanan penjara Tuhan, kau tak lagi
kulihat sabar menunggu dzikir-dzikir,
kau lekas sekali bersujud, mencengkeram tanah,
mencari suara siapa tertawa di dermaga,
bendera negeri mana dilambai di atas palka,
siapa terdiam berdiri di tepi samudera
menyaksikan bangkai manusia dibuang,
diceburkan tanpa airmata, kau menghentak
kaki berlari ke pasang gelombang,
tak lagi bertanya kenapa, aku melihatmu
dari jauh, dari pesisir, kau mengambang
di tengah, memungut buih, memagut air laut,
tak lagi bertanya kenapa, aku mendengar
dari jauh, kau merintih
bibirmu berkarat di bibirku
bibirmu berkarat di bibirku!
No comments:
Post a Comment