Friday, November 6, 2015

Teruntuk Kamu

Malam ini sangatlah tidak romantis, bagiku yang berusaha meromantiskan kisah tak romantis antara seorang gadis, belum genap ia berkepala dua, dan kawan dekatnya, lelaki yang sudah lepas dari masa remajanya.

Nb: teruntuk hujan,
       turunlah, aku butuh kesenduan,
       mengingatkanku akan hujan pertama yang turun.
       Saat itu. Di tempat itu. Bersama orang itu.

-------------------

Entah kapan mereka bertemu, satu, dua tahun yang lalu.
Tanpa mengetahui nama satu dan yang lain, apalagi mengenal satu sama lain; mereka buta akan kisah masing-masing dari mereka. Mereka buta sifat dan kebiasaan mereka.
Bahkan hingga kini mereka akrab, mereka masih buta akan apa yang ada di hati mereka.

Pertemuan itu tak lagi sama.

Saat mereka saling menyapa--padahal belum saling menanyakan nama. Terjadi begitu saja. Siapa nyana; mereka tak sadar saat bibir mereka mengucap dengan lancar.
Ya.
Entah bagaimana mereka akrab.

Mereka sering membunuh waktu bersama, meski tak selalu berdua, asalkan dipenuhi canda.

Hingga hari itu tiba, saat sang lelaki meminta bantuan, dan kini mereka terjebak berdua tanpa ampunan. Bersama. Hingga mereka memang harus berpisah karena ajal, atau salah satu dari mereka dipasal--ditugaskan ke tempat yang berbeda.

Bukan satu-dua jam dalam satu hari mereka bertemu, bercengkerama
namun
sebanyak mereka bisa, mereka berusaha.
Mereka akan saling sapa, meski pandangan mereka mendarat di mata yang lain di gedung yang berbeda.
Mereka akan mengejar, berlari, hanya untuk bertemu di persimpangan. Dan bertukar senyuman.

Hidup mereka sungguh berwarna, pertemanan mereka memunculkan banyak tanya.
Mereka mulai tahu kebiasaan kawan barunya, merasa waktu menguap saat mereka saling mendekap.
Sungguh, mereka sedekat itu.
Dan aku jamin, mereka akan tetap bahagia meski hanya berdua di tumpukan batu.

Gadis itu, sekali lagi, gadis itu ....ia merasa diperlakukan sebagai ratu.

Dan gadis itu, ingin mereka bersama, tetap jadi satu.

Lagi, gadis itu,
dengan penuh harap pada waktu,
tak ingin hari-harinya kaku, tentu, tanpa lelaki yang berhasil membuatnya duduk di emper berdua--terpaku.

No comments:

Post a Comment