Sunday, December 6, 2015

Kamu, Selanjutnya

Meninggalkan sementara kegerahan malam ini, beserta tumpukan laporan yang harus selesai minggu ini, dan proposal dengan tenggat waktu akhir bulan ini ......saya di sini.

Saya rindu menceritakan dua sejoli yang saya kenal.

--------------------------------

Keduanya canggung.
Dan bila ada yang harus disalahkan, maka si gadis yang harus tanggung.

---------------------------------

Cerita siang itu bersambung....
Si gadis yang belum sempat kembali status mental compos mentis, dikejutkan lagi oleh celotehan lelaki di sampingnya yang--masih--bersandar padanya dan--masih--bersiap mengatakan hal konyol, yang terkadang tak logis.
"Siapa tahu, nanti aku ketemu ibumu, dan dipersilakan datang nanti malam sekalian ambil kamu."
..........
"......dan dijadikan mantu."
..........
Apa-apaan. Benar terkejut dan lagi, tak ada yang bisa si gadis ucapkan.

Tak lama, hingga kedua namanya dipanggil secara berurutan. Ya, mereka sedang mengantre sesuatu dengan mendaftarkan nama mereka sebelumnya, dan entah mengapa, nama mereka berjodoh hingga dipanggil dalam waktu yang bersamaan.
Jodoh, ya?

Tak lama, lagi, mereka keluar; mengambil posisi persis seperti sebelum mereka dipanggil dan harus meninggalkan singgasana yang nyaman, di sana, berdampingan.
Mereka tak sendirian, dikelilingi kawan.
Kawan-kawan mereka bak murid taman kanak-kanak yang kedatangan tamu, bahagia melihat mereka duduk bersama jadi satu. Mereka (kawan si gadis dan lelakinya), tak henti-henti 'menjodohkan' si gadis dan si lelaki; tak heran, sebenarnya yang memulai adalah sepasang yang tak tahu malu.
Maksudnya?
Kuharap aku tak harus menjelaskannya, bahkan aku malu.

Supaya tak penasaran, seperti ini:

L: (beryanyi) Berikan aku ciuman pertamamu...
K: Tuh....... kasih-lah, Dis.
G: Nanti-lah, gampang, ya nggak? (menengok ke arah si lelaki)
L: Iya, ciuman pertama kita di depan orang-orang adalah saat setelah mereka bilang 'saaah'

.... dan selalu, akhirnya si gadis tak mampu membalas.

Lagi,

'Kapan lu ngadep skripsi? Pingin cepet kelar nih, cepet nikah!'
'Loh, kok sama, aku juga. Ciye.'
'Nah, makanya buruan ngadep,  Habis itu barengan, aku sama kamu.'

Banyak lagi.

.............

Mari kembali.

Sebenarnya tak ada yang ingin kuceritakan lagi, kali ini. Mungkin lain kali.
Yang kuingat, mereka tinggal berdua di tempat yang sama, saat itu, saat hujan turun. Entah itu hujan keberapa mereka lalui bersama, dengan canda yang sama, dengan kemesraan yang serupa.

No comments:

Post a Comment