Sunday, April 10, 2016

Gadis dan Dirinya

Setelah bergelut dengan diri, kuputuskan untuk menuangkannya di sini.
Ha.
Kamu kupilih, lebih kupilih untuk akhirnya membuka diri pada yang lain.
Selamat, dearest Blogger.

Terima kasih tugas-bertenggat-malam-ini-yang-akhirnya-selesai-juga! Akhirnya aku di sini.

Lama tak melanjutkan kisah si gadis dan lelakinya. Mereka, akhirnya menjauh.
Menjadi jauh.

----------------------

Hari itu, tak ingat kapan, lagi-lagi.
Hari itu, saat semuanya menjadi tak sama. Hari itu, keduanya tak lagi dekat.
Hari itu, yang diikuti hari selanjutnya, tak saling sapa, atau sapa yang tak hangat seperti biasanya.
Hari itu.

Mereka tak lagi sanggup menyempatkan untuk satu-sama lain. Entah apa yang membuat mereka tak sanggup, namun satu yang mengganggu pikir si gadis, haruskah?
Haruskah mereka hanya berlalu?
Haruskah mereka merasa asing? Mereka harus mendengar kabar satu dan lain dari yang lain, haruskah?
Haruskah mereka tak lagi sama?

Tak tenang. Duduklah ia di sana, tercengang.
Kemungkinan, satu per satu, lalu lalang.
Apa karena waktu yang tak sengaja memisahkan? Akhirnya mereka tak diampuni dan terpaksa pergi? Atau karena yang lain lebih menarik dibanding mereka--satu sama lain?
Atau?
Atau-kah?
Atau sebenarnya mereka hanyalah sebentar, terpisah? Tak untuk selamanya, namun kebersamaan yang kan jadi lama. Benar? Benar-kah?

Gadis pun kalut. Diam di sana, ia, terlarut.

Ah, mereka masih terhubung, satu-dua kali, tiga-empat kata. Begitulah mereka.

Bahkan yang lain mendukung mereka, untuk terus berdua, bersama.
Namun apalah daya, mereka tak lagi punya keberanian, kepercayaan untuk melangkah, mendekat. Ke arah yang sama, berdua.
Mereka melangkah, berlawan arah, tanpa saling memandang wajah.

Setiap kali matanya berkesempatan, meski dalam kesempitan, si gadis mencari di setiap sudut ruangan. Ia perhatikan, satu demi satu. Karena dadanya terasa berat dan tak ada yang pernah tahu, saat lelakinya tak tertangkap matanya beberapa waktu.
Begitulah kini, kesehariannya, dan hanya ia yang tahu.
Dan saat mata si gadis berhasil menguncinya, ia mengembangkan sesimpul lengkung di bibirnya, di balik punggung sang lelaki itu, malu-malu.

Ah......

Lalu, bagaimana denganmu, wahai laki-laki yang tak pernah luput dari pikir sang gadis?

No comments:

Post a Comment