Sunday, June 12, 2016

Lelaki itu dan Kalutnya

Jangan berubah, tolong-lah.

Terpikir satu-dua kali kata itu, setiap kali kutemukan namamu.

Memang akhirnya aku menemukan tambatan. Memang akhirnya setelah lama mengayuh, ku berlabuh. Tapi ini bukan apa-apa jika kau tak hadir. Dan sungguh datangku padamu bukan sekadar mampir.
Jangan berubah hingga akhir.

Kau tak lagi sama, Putri.
Panggilan akrabku padamu. Biarkanlah kita tetap akrab.

Lalu harus bagaimana, aku?
Memang ini salahku. Tak bercerita meski punya waktu. Namun sungguh, jangan pergi. Tetaplah di sana. Jangan pergi, jangan berganti.
Waktu yang tak lama, cerita yang bahkan tak seorangpun tahu, kisah yang memang hanya padamu kucurahkan; demi mereka, tinggal-lah di sini.

Kau,
Apapun yang kau pilih, kan kuhargai.
Tolong lihat ke arahku beberapa lama, jika memang kau harus pergi.

                                       -----------------------------------------------------

Meski telah terucap dari bibir sang lelaki itu, meski terdengar jelas di telinga sang gadis, langkah gadis tetap terdengar sama. Lirih, dengan ketukan berirama.
Jika memang mau, si Lelaki mampu menangkapnya dan mengembalikan di hadapannya. Namun begitulah mereka.
Mereka selalu meninggalkan, saat saling menemukan.

No comments:

Post a Comment