Sunday, September 2, 2012

No Title To Display, No Word To Explain

Mataku terbuka, tepat pukul 2 lewat empatbelas menit dinihari. Seketika ayalku terbang, bebas, bak burung di penangkaran yang berhasil kabur. Bebas baginya, dan menderita kutanggung. Kau tahu? Sepi menyusup masuk, entah lewat ventilasi udara, ataukah pintu kamar yang malam ini lupa kututup. Masa bodoh, aku tak ingin memikirkan bagaimana ia bisa menyelimutiku pagi ini, yang penting, aku kesepian.

Tak pernah aku merasa sesepi ini; selalu ada yang membuatku nyaman, lawan bicara, salah satunya. Ya, biasanya selalu ada teman yang siap mendengarkanku, apapun yang kukatakan, bahkan cercaan yang kulemparkan. Oh iya, musik juga biasanya turut andil membangun kenyamanan terhadapku.
Lalu, mengapa pagi ini tidak? Mengapa semua sungguh berbeda?
"Tanpamu, mungkin..." tembakku.

Duapuluh empat menit selepas pukul 7. Tak tahu mana yang lebih tepat, baru sempat atau baru menyempatkan untuk menulis. Sempat, karena ini, dan ini--kau pasti tahu bagian mana saja yang aku tunjuk--, sangat sesak. Penat, atau semacamnya. Menyempatkan, karena aku memang enggan menulis sejak perasaan itu hadir, aku lebih memilih menikmatinya daripada menuangkannya. Dan kau tahu? Perasaan itu masih jelas, sangat ketara hingga saat ini.

Bersyukur, pagi ini muncul keinginan untuk membuka blog salah satu temanku. Demi Tuhan, aku rindu padanya. Amat. Sangat.

Diceritakan di sana, bagaimana kami, teman satu kelas menghabiskan waktu bersama. Membunuh tekanan yang sering diberikan pada kami, dulu. Mengabaikan 'gunjingan' dari teman--beda kelas, beda program--lain yang sungguh, sebenarnya mereka nggak mengerti.

Aku benci perasaan ini. Merindukan seseorang, sebelumnya, kemudian muncul lagi siluet kenangan lampau yang jelas hanya bisa dikenang dan dibagi, tanpa bisa diulang. Aku....hancur.
Ladies and Gentelmen, please welcome, Rona, the girl whose heart is breaking in the Sunday morning!

Apa-apaan itu? Efek rindu, mungkin?

Aku ingin kembali ke masa itu, masa dimana aku tak mengenalnya. Hanya tahu, dan mengabaikannya. Hanya melihat, dan tak 'mendengarkan'. Hanya menulis, tanpa membaca.
Sudahlah, mungkin ini saatnya berpindah. Maksudku, bergerak--atau semacamnya. Lebih baik aku tak diam di tempat dan sibuk memikirkan kesakitan hatiku. Bukankah itu cara bertahan hidup di zaman ini? Tidak lagi harus memikirkan bagaimana memanfaatkan tanaman untuk bahan pangan karena ketersediaan makanan yang menipis akibat dijajah. Sekarang penjajahannya berbeda; penjajahan moral, mental, dan ....hati?

Aku ingin menceritakan yang lain saja. Hmmm. Mengenai apa yang ditulis temanku di blog pribadinya, barangkali? Baiklah.


----------------------


22 Desember 2008
Ulang tahunku, di sekolah baruku.

Ya, pagi itu aku datang dengan kaus merah berlengan panjang. Datang sebelum pukul 7 pagi, Hari....Senin, seingatku. Hampir semua teman yang rencananya akan melakukan study tour bersamaku di hari itu, membiarkanku mati kesepian. Atau mereka sengaja membunuhku, sengaja, dengan membungkamku? Ah, lupakan. Aku berhasil, berhasil diam pada mereka yang mendiamku. Haha! 1-1.
Briefing, limabelas menit mendengarkan ceramah guru pendamping. Dua teman dekatku datang, dan berbisik, "Duduk bareng kami, ya?". Aku terkekeh dalam hati, "Kalian gagal dengan rencana 'Mendiamkan Rona' kalian, kan?" 2-1!

Duduk di seat spesial, di hari spesial, bersama teman spesial, ke suatu tempat spesial. Kurang spesial apa, hari itu?

Sesampainya di laut, kukabarkan semuanya; kepada karang, kepada ombak, kepada matahari. Tetapi semua diam, tetapi semua bisu; tinggal aku sendiri, terpaku menatap langit. Ups, aku malah bernyanyi.
Sesampainya di laut (serius!), kami berdiri, berjajar di sana, having chat with the others.
Oh iya, Pantai Baron, Gunung Kidul, yang saat itu menjadi pijakan kami. Tidak lama berada di sana, hanya mendengarkan penjelasan tentang sungai bawah tanah yang bermuara di pantai itu, dan observasi untuk mata pelajaran Sosiologi. Pantai Baron ini memang disiapkan dewan guru kami untuk pembelajaran IPS Terpadu. Setelah matahari tergelincir, kami dipersilahkan melakukan ibadah dan makan siang. Masih di spot yang sama, sampai akhirnya kami mengucapkan selamat tinggal. Terima kasih, Pantai Baron.

Masih berlanjut....
Di sini serunya, guru pengampu mata pelajaran Biologi kami menjanjikan kesenangan, maksudku, kami bisa bermain di pantai selanjutnya. Pantai Kukup!
Giliran IPA Terpadu yang menemani siang kami. Mempelajari biota laut, menghitung massa jenis, begitulah. Setelah semua terselesaikan, kami merapat ke pinggir laut.

Dag-dig-dug-duer! Aku sama sekali tidak curiga pada teman-temanku. Mereka kalem, seperti biasa.
Aku hanya berdiri, menikmati sepoi angin sore, saat yang lain sibuk dengan air yang beriak itu. Aku merasa memiliki kehidupan sendiri, memperhatikan nyiur melambai.
Hap! Lengan kanan dan kiriku ditarik--sangat kasar, untuk wanita lembut sepertiku--oleh kedua temanku. God! Mereka laki-laki, tolong, jangan apa-apakan aku! Cukup. Hentikan -_- Kakiku juga dipegangi oleh teman-teman yang lain, aku digotong. Sontak, aku memberontak, menjejak, mencoba memukul. Ah, sial, percuma. Firasat buruk.

Semua orang berkumpul, lantas berteriak: "Satuuuu..... Duaaaa..... Tiiigaaaa!!!"
Bersyukur kepalaku tidak membentur karang, mereka baru saja melemparku atas komando yang lain. Terharu, mereka menyiapkan kejutan, terlebih yang membuatku bersyukur dan tersentuh, mereka ingat tanggal ulang tahunku. Subhanallah :)

Tak lama kemudian, aku ditarik dan dikubur hidup-hidup di pasir putih Pantai Kukup, tanpa ampun. Untungnya, kepalaku dibiarkan berada di atas permukaan. Tunggu, tangan kananku juga, ternyata. Setelah dihujani pasir, aku dihujani uluran tangan. Masya Allah, mereka menjabat tangaku yang 'tertinggal', mengucap "Selamat Ulang Tahun" dibarengi doa yang tak pernah lelah aku panjatkan pada Tuhan setiap hari. "Terima Kasih" dan "Amin", dua hal-tiga kata yang bisa aku ucapkan. Hanya itu.

Kembali ke rumah, kepalaku serasa ditimpa beban 5 kilogram. Mungkin akibat mengenakan kerudung basah. Hmm.

Perasaan tidak nyaman di kepalaku itu, sama sekali tak sebanding dengan apa yang aku dapat di hari itu. Sungguh, bahkan aku masih bisa memikirkan hal lain, hal yang menyentuh, sangat dalam; mereka yang belum lama aku kenal; satu, dua, tiga, empat, lima, enam bulan sejak pertama kali kami bertemu. Alhamdulillah, terima kasih Tuhan, telah mempertemukanku dengan mereka.
Alhamdulillah :)

----------------------

Mengingat-ingat hal yang menyenangkan tak seburuk yang aku bayangkan. Sebelumnya, aku mengira dengan mengingat, apalagi menuliskannya, aku akan tersakiti, lebih dari rasa sakit hanya dengan merindukan kejadian itu, lengkap dengan aktor-aktris yang berperan.

Inspirasi.
Aku jadi tahu, apa yang selanjutnya akan aku tulis, untuk seterusnya. Bukan hanya keluhan yang seharusnya aku bagi, namun juga yang membahagiakan :)

No comments:

Post a Comment