Friday, February 1, 2013

Wake up!

Halaman kosong.
Lalu? Entahlah.
Tadinya aku berpikir untuk menghilangkan kekosongannya; bukan dengan cerita basi; keluhan tentang yang lain, berperan menjadi tokoh baik, yang bahkan aku tak yakin.

Selalu merasa jadi yang paling berusaha, begitukah? Aku, jujur, iya.
Kelu, saat sebenarnya tidak begitu, tidak seperti yang nampak di mata yang lain.

Kenapa tidak kau coba bagi dua saja, aku?
Separuh kau harap aku baik dan bahagia, sejahtera, sentosa, atau apapun pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia ucap sinonimnya. Dan separuh lagi.... kau ingin aku melihat deritamu. Merasakannya, bukan? Haha. Iya, kau merasa hanya kau-lah yang 'sakit', tersakiti; yang sedih tersandung pedih.

You're not the only one who hurt, Baby.

Menurutmu, egoiskah jika mengajakmu menilik perasaanku? Menyeretmu kemari saat ada sebagian hatiku yang membutuhkanmu; yang meraung keras, namamu tersebut? Menarikmu, mencoba meski berbisik, agar kamu paham dan mengerti bagaimana 'aku'?
Ah, maafkan ciptaan Tuhan yang egois ini. Tapi bukannya segalanya tak akan berujung 'harmonis' tanpa mengerti satu-sama-lain?

Seberapa besarnya kita mencoba, celah masih memberi jalan kemungkinan kau menyakiti yang lain.
Begitu juga aku, kau.
Aku merasa, dan kau tidak. Atau mungkin kau pikir aku kebalikannya; kau merasa dan aku tidak. Bukannya setiap jiwa, setiap raga, punya persepsinya masing-masing?

Lagu lama.
Iya, lagu lama untuk menuding kau salah dan aku bersih.

Aku sadar aku mencoreng hatimu, mengoyak berkali-kali perasaanmu; bagaimana kamu?
Sadarkah?
Berkali aku baca, berkali aku pahami, berkali pula aku tercabik.

Lelah membawa ke-antah-berantah-an ini, lelah menyaringkan keluh-kesah.
Di awal mencoba tegar, eh, terbuntuti kesabaran yang memudar.

Maaf.

No comments:

Post a Comment