Friday, August 17, 2012

Your Call


Waiting for your call, I'm sick, call, I'm angry

Call, I'm desperate for your voice


Listening to the song we used to sing

in the car, do you remember?

Butterfly, Early Summer


It's playing on repeat, Just like when we would meet

like when we would meet

Cause I was born to tell you I love you

And I am torn to do what I have to, to make you mine

Stay with me tonight



Thanks Billie, atas lagunya.
Romantis badai kalo kata anak jaman sekarang mah. Bukan romantis perkaranya, namun lirik yang .....erh really fit. *hmm*

Sebelumnya, maaf di posting ini bahasa yang aku gunakan mungkin sangat, sangat santai. Ya, nggak tahu juga posting sebelum-sebelumnya bahasanya model gimana, tapi ini lebih nggak bermutu, menurutku. Dengan kenyataan banyak garis berliku berwarna merah--kau tahu kan, maksudnya apa?--di bawah kebanyakan kata yang aku tuangkan di sini.
Jadi ....mohon maaf sebelumnya.

(12:01 AM)
Oh, itu. Itu waktu pertama kali baca 'tulisan' milik Billie, belum lama aku kenal, yang menyarankanku mendengarkan lagu itu. Your Call, judulnya. Pelantunnya? John Vesely, kalau saya nggak salah ingat. Walaupun aku sering menyebutkan "Uh-oh. Ingatanku seperti gajah," bukan berarti aku juga tak bisa lupa, segalanya.
Terkadang menyakitkan saat kamu adalah satu-satunya orang yang berusaha, atau bahkan tanpa usaha sedikitpun untuk mengingat segala hal, tentangnya, tentang kalian.
Kembali ke 'Bang John', Si Abang ini menamakan dirinya sebagai Secondhand Serenade, nggak jauh beda dengan soloist Adam Young, Sang 'Owl City'.

Kata-katanya galau, ya memang, siapa bilang tidak?
Menggambarkan perasaan seseorang terhadap orang yang dikasihinya *you don't say*, telah kandas.
K-A-N-D-A-S. Haha.

By the way, sudah sekitar tujuhbelas menit semenjak aku menguatkan niatku untuk menulis. Menulis itu candu. Sekali lagi, menulis itu candu, aku sudah pernah menuliskannya di salah satu masterpiece--terserah sajalah--ku, dan sengaja tidak kupublikasikan. Merasa sangat jauh dari sempurna.

Apasih intinya tulisan ini?
Kau tak akan pernah menulis jika hanya itu yang ada di kepalamu saat kau menulis. "Tulislah meski sedikit!" kata seseorang.
Jika kau benar ingin tahu, tidak ada intinya tulisan ini. Pernahkah kau hanya memikirkan seseorang, atau paling tidak sesuatu, saat kau sedang menulis? Menulis yang melibatkan emosi dan perasaanmu, I mean.

So here I am. Persis seperti apa yang baru saja kutanyakan padamu. Memikirkan seseorang, dan aku tidak yakin dia memikirkanku juga. Sangsi. Tunggu, bukan Billie. Sesosok yang lain, di sana.

"And I'm tired of being all alone, and this solitary moment makes me want to come back home."

No comments:

Post a Comment