Saturday, November 17, 2012

Angsa-Angsa Ketapang

: Bernard Batubara


Angsa-angsa Ketapang


aku tak bisa membayangkan diriku, adik perempuanku, dan adik lelakiku sebagai tiga ekor angsa yang hidup di rumah kami, karena kami tak membagi dada kami untuk dijadikan sebaskom kecil nasi sisa dan kami lahap bersama, kami tak berjalan subuh hari menembus pagar rumah yang rusak, mencari sekawanan embun berkilau yang beterbangan setiap sehelai daun ketapang jatuh dari rantingnya, kami tak pernah melompat menceburkan diri ke kolam ikan dan berseru kegirangan, mengibas-ngibaskan sayap di dalam air berwarna kuning, berharap sekawanan ikan kecil berenang mendekat, kami bukan tiga ekor angsa yang tahu kapan harus pulang kembali ke kandang, kandang kecil tempat seharusnya kami tidur bersama, dan aku tak bisa membayangkan diriku sebagai angsa tertua yang melebarkan sayapnya, memeluk dua ekor angsa lain, meski seluruh daun di pohon ketapang yang lahir di rumah kami berguguran dan tak akan pernah tumbuh lagi.


tapi angsa paling bungsu sudah terlanjur tidur pulas sekali, ia tersenyum, sayapku tak ada di sana.

No comments:

Post a Comment